PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
By. Wawan Hermawan KN.,SE.MM
(Dosen Pengajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)
BAB I
PENGEMBANGAN DAN HAKIKAT PENGEMBANGAN
I. Pengembangan
Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju. Perubahan-perubahan dalam suatu arah inilah yang sering disebut sebagai pengembangan dalam arti yang luas tentunya. Pengembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan kontinu (berkesinambungan) dalam arti individu dari mulai lahir sampai wafat.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif dan berkesinambungan itu adalah sebagai berikut :
1. Sistematis, berarti perubahan dalam pengembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
2. Progesif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organism itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Pengembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik seperti ; perubahan tinggi dan berat badan dan aspek psikis ; kemampuan berpikir, kemampuan mengingat dan imajinasi kreatifitas.
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi aspek fisik ; proporsi tubuh anak menjadi remaja dan aspek psikis ; perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain (tema sebaya).
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama, tanda-tanda fisik ; lenyapnya kelenjar Thymus (kelenjar kanak-kanak) dan gigi susu dan tanda-tanda psikis ; lenyapnya masa mengoceh dan perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berpikir).
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru, tanda-tanda fisik ; pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja (mimpi basah, tumbuhnya jakun, tumbuhnya kumis, perubahan suara dan menstruasi) dan tanda-tanda psikis ; seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama berhubungan dengan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama.
Ada beberapa prinsip-prinsip pengembangan manusia pada umumnya yang terlihat jelas dari kehidupan seorang individu yang berkembang secara normal, seperti :
a. Pengembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process)
b. Semua aspek pengembangan saling mempengaruhi
c. Pengembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
d. Pengembangan terjadi pada tempo yang berlainan
e. Setiap fase pengembangan mempunyai cirri khas
Dari beberapa uraian diatas terdahulu jelaslah bahwa pengembangan merupakan sebuah perubahan dan perubahan ini tidaklah bersifat kuantitatif secara langsung tetapi lebih bersifat kualitatif. Pengembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dengan kata lain pengembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu dan disamping itu disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian dapatlah dirumuskan bahwa pengembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
Sedangkan pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besardari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas. Misalnya pertumbuhan sel, kromosom, rambut, molekul dan lain sebagainya.
II. Hakikat Pengembangan
Istilah “pengembangan” (development) dalam ilmu manajemen sumberdaya manusia merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak sekali dimensi. Untuk memahami pengembangan maka perlu dipahami konsep perkembangan, pertumbuhan, kematangan dan perubahan.
Perkembangan
Perkembangan adalah proses serangkaian perubahan menuju kearah yang lebih sempurna yang terjadi terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah (kualitas kemampuan, sifat dan cirri baru) yang dimiliki individu menuju tahap kematangan melalui pertumbuhan dan belajar.
Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan dalam pengertian C.P. Chaplin (2002) adalah satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organism sebagai suatu keseluruhan. Dari pengertian tersebut diatas istilah pertumbuhan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya. Jadi pertumbuhan adalah sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan” yang didalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Kematangan mula-mula merupakan hasil dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan terjadi pula pada aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan, dan lain-lain, serta kematangan pada aspek psikis ini diperlukan adanya latihan-latihan tertentu. Jadi kematangan itu adalah merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu.
Perubahan (change)
Perubahan tidak mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia hidup. Secara garis besar perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat dibagi kedalam empat bentuk, yaitu :
1. Perubahan dalam ukuran besarnya
2. Perubahan-perubahan dalam proporsi
3. Hilangnya bentuk atau cirri-ciri lama
4. Timbul atau lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dapatlah disimpulkan bahwa perubahan (change) adalah suatu proses perkembangan individu dengan cara yang sama atau tidak sama melalui aktualisasi diri
Dengan demikian Hakikat Pengembangan adalah proses atau siklus hidup manusia yang mengarah kepada faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi dalam pribadi diri seseorang dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan, pertumbuhan, kematangan serta perubahan.
BAB II
TEORI – TEORI DASAR PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
Menurut Locke & Hume (1981), manusia memiliki beberapa sifat dasar, yaitu :
1. Manusia sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya yang berasal dari luar dirinya. Artinya sifat manusia merupakan stimulus-responst, yaitu tingkah laku baru akan berubah jika adanya stimulus atau rangsangan dari luar
2. Manusia bersifat aktif, pribadi yang utuh terorganisir (gestalt) dan selalu berubah dari satu arah yang lain secara kontinou dan teratur (Leibniz ; 1716)
3. Manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak independen, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya atau sebagai makhluk social (person-in-context)
Ada beberapa teori – teori pengembangan kepribadian, sbb :
a. Teori Psikodinamik.
Teori ini berusaha menjelaskan hakikat dan pengembangan kepribadian dengan mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek psikologis yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak. Teori ini menyebutkan bahwa manusia sangat aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman sosial dan emosional secara pribadi.
b. Teori Psikoseksual Freud
Menurut teori ini disebutkan bahwa kepribadian manusia memiliki memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realistis, karena ego membuat keputusan-keputusan yang bersifat rasional. Sedangkan superego adalah kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian. Superego yang memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga individu tersebut dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui masyarakat.
Dengan demikian bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep yang dikembangkan untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego), dan sosial (superego). Ketiga komponen kepribadian ini berkembang melalui tahap-tahap pengembangan psikoseksual.
Tahap-tahap Pengembangan Psikoseksual Freud
TAHAP | USIA / TAHUN | CIRI-CIRI PENGEMBANGAN |
Oral | 0-1 | Bayi merasakan kenikmatan pada dearah mulut. Menguyah, menggigit, dan menghisap adalah sumber utama kenikmatan |
Anal | 1-3 | Kenikmatan terbesar anak terdapat disekitar lubang anus. Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan erat dengan kegiatan BAB |
Phalic | 3-6 | Kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak menemukan bahwa manipulasi diri dapat memberikan kenikmatan. Anak mulai menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan anatomic antara laki-laki dan perempuan, tehadap asal-usul bayi dan terhadap kegiatan seksualitas |
Latency | 6-12 | Anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan ketrampilan social dan intelektual. Kegiatan ini bersifat aman secara emosional dan menolong anak melupakan konflik yang menekan (tahap phallic) |
Genital | 12-dws | Dorongan-dorongan seks yang ada pada tahap phallic kembali berkembang, setelah berada dalam keadaan tenang selama tahap latency. Kematangan fisiologis ketika anak memasuki masa remaja, mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen pada alat kelamin sebagai sumber kenikmatan |
c. Teori Kognitif
Teori Kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan hal yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak biasanya dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengintrepetasikan objek dan kejadian disekitarnya.
Teori ini mengatakan bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia disekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman serta, serta dlm mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang ia telah punyai
Tahap Pengembangan Kognitif (Piaget : 1975)
TAHAP | USIA / TAHUN | GAMBARAN |
Sensorimotor | 0-2 | Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai dengan permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasiaan pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik |
Preoperational | 2-7 | Anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata dan gambar. Kata dan gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik |
Concrete Operational | 7-11 | Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. |
Formal Operational | 11-15 | Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikirannya lebih idealistic. |
Teori Kognitif ini menjelaskan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (equilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Ini berarti, ketika individu bereaksi terhadap lingkungan, dia menggabungkan stimulus dunia luar dengan struktur yang sudah ada, dan inilah asimilasi. Pada saat yang sama, ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan individu mengubah supaya sesuai dengan stimulus dunia luar, maka inilah yang disebut akomodasi.
Agar terjadi equilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.
d. Teori Kontekstual
Teori ini memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kultural dan historis di mana interaksi tersebut terjadi. Teori ini juga menggambarkan empat kondisi lingkungan dimana pengembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, dan makrosistem. Keempat lingkungan yang menjadi landasan perkembangan manusia menurut teori ini diuraikan sebagai berikut :
1. Mikrosistem, menunjukan siatuasi dimana individu hidup dan berhubungan dengan orang lain. Kontek ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan sosial lainnya. Dalam mikrosistem inilah terjadinya interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial.
2. Mesosistem, menunjukan hubungan anatara dua atau lebih mikrosistem atau hubungan beberapa konteks. Sebagai contoh adalah hubungan antara rumah dan sekolah, rumah dan masjid, sekolah dan lingkungan, rumah dan tempat kerja.
3. Ekosistem, terdiri dari setting sosial dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan penting yang diambil mempunyai dampak terhadap orang-orang yang berhubungan langsung dengannya. Contohnya, tempat kerja orang tua, dewan sekolah, pemerintah lokal, dan orang tua kelompok teman sebaya.
4. Makrosistem, meliputi pembentukan sosial dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengorganisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dlm pola lingkaran mikrosistem, mesositem & ekosistem yg dicirikan dari sebuah subkultur, kultur atau konteks sosial lainnya yang lebih luas. Contohnya, asumsi
dan ideologi.
e. Teori Perilaku (Behaviour) dan Belajar Sosial
Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respons perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan. Dalam teori behavior (B.F. Skinner), pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan pengembangan. Bagi Skinner, pengembangan adalah perilaku. Oleh karena itu teori ini yakin bahwa pengembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.
Sedangkan Teori Belajar Sosial adalah sebuah teori perluasan dari behaviorisme yang menekankan pentingnya perilaku, lingkungan dan kognisi sebagai faktor kunci dalam pengembangan. Teori Belajar Sosial (Albert Bandura) ada 4 komponen penting :
1. attention (memperhatikan)
2. retention (menyimpan/mencamkan)
3. motor reproduction (memproduksi gerak motorik)
4. vicarious-reinforcement and motivational (ulangan- penguatan dan motivasi)
BAB III
PENGEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA MASA REMAJA DAN DEWASA
A. Psikososial Masa Remaja
I. Pengembangan Identitas
Sub-tahap | Usia/Thn | Karakteristik |
Diferentiation | 12-14 | Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasehat orang tuanya, sekalipun nilai atau nasehat tersebut masuk di akal |
Practice | 14-15 | Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-temannya juga bertambah. |
Rapprochment | 15-18 | Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya, telah mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan bersyarat. Tingkah lakunya sering silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan kadang berdamai dan bekerjsama dengan orang tua mereka. Disatu sisi ia menerima tanggung jawab disekitar rumah, namun disisi lain ia akan mendongkol ketika orang tuanya selalu mengontrol membatasi gerak-gerik dan aktivitasnya di luar rumah |
Consolidation | 18-21 | Remaja mengembangkan kesadaran akan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan diri orang lain, serta untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualistis. |
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannnya ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan social yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negative bagi dirinya.
Tahap-Tahap Pengembangan Psikososial Masa Remaja
Tahap Psikososial | Perkiraan Usia |
Kepercayaan vs ketidakpercayaan Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu Inisiatif vs rasa bersalah Ketekunan vs rasa rendah diri Identitas vs kebingungan peran Keintiman vs isolasi Generativitas vs stagnasi Integritas ego vs keputusan | Lahir – 1 tahun 1 – 3 tahun 4 – 5 tahun 6 – 11 tahun 12 – 20 tahun 20 – 24 tahun 25 – 65 tahun 65 - meninggal |
II. Pengembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas pengembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional, tidak sedikit remaja yang mereaksikannya secara defensif, sebagai upaya melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam bentuk :
1. Agresif ; melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu
2. Melarikan diri dari kenyataan ; melamun, pendiam, senang menyendiri, merokok, minum minuman keras dan obat-obatan terlarang
Sedangkan remaja yang dalam proses pengembangannya berada dalam iklim yang kondusif , cenderung akan memperoleh pengembangan emosinya secara matang, dengan ditandai oleh reaksi dalam bentuk :
1. Edukuasi emosi ; cinta kasih, simpati, altruis (senang menolong orang lain), respek (sikap hormat atau menghargai orang lain) dan ramah
2. Mengendalikan emosi ; tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa) dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.
III. Pengembangan Moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran,keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Ada 2 (dua) faktor yang dapat meningkatkan moral anak atau remaja (Wawan Hermawan, 2008) :
1. Orang tua yang selalu mendorong anak remajanya untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai macam masalah yang dihadapinya ataupun mengenai berbagai macam isu topic yang berkaitan dengan jiwanya.
2. Orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif thinking positive, sehingga anak akan lebih dulu berpikir akan akan akibat dari segala sesuatu yang dikerjakannya baik berhubungan dengan dirinya sendiri atau akibat yang berkaitan dengan orang lain.
IV. Pengembangan Hubungan Dengan Teman Sebaya
Pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri dan penyesuaian sosial. Ada 6 (enam) fungsi positif dari teman sebaya, yaitu :
1. Mengontrol impuls agresif dan agrasi langsung
2. Memperoleh dorongan emosional dan social serta menjadi lebih independen
3. Meningkatkan ketrampilan social, mengembangkan kemampuan penalaran dan belajar mengekspresikan perasaan secara lebih matang
4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai hidup
6. Meningkatkan harga diri (self-esteem)
V. Pengembangan Resiliensi
Resiliensi (daya lentur) adalah kemampuan atau kapasitas insane yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu yang wajar untuk diatasi. Adapun sumber-sumber pembentukan resiliensi, adalah:
1. I have (aku punya) : dukungan lingkungan social terhadap remaja, kualitasnya :
a. Hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh
b. Struktur dan peraturan dirumah
c. Model-model peran
d. Dorongan untuk mandiri
e. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan, dan kesejahteraan.
2. I am (aku ini) : kekauatan pribadi yang dimiliki remaja yang terdiri dari perasaan, sikap dan keyakinan pribadi, kualitasnya :
a. Disayang dan disukai oleh banyak orang
b. Mencintai, empati dan kepedulian kepada orang lain
c. Bangga dengan dirinya sendiri
d. Bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri dan menerima konsekuensinya
e. Percaya diri, optimistic, dan penuh harapan
3. I can (aku dapat) : berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan remaja sehubungan dengan ketrampilan-ketrampilan social dan interpersonal, kualitasnya :
a. Berkomunikasi
b. Memecahkan masalah
c. Mengelola perasaan dan impuls-impuls
d. Mengukur tempramen sendiri dan orang lain
e. Menjalin hubungan-hubungan yang saling mempercayai
Hasil dari interaksi antara I have dan I am dan atau I am dan I can dan atau I have dan I can adalah :
a. Kepercayaan
b. Otonomi atau kemandirian
c. Inisiatif atau kreatif
d. Skill atau kemampaun
e. Identitas
B. Psikososial Masa Dewasa
I. Pengembangan Keintiman
Keintiman adalah suatu kemampuan memperhatiak orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Adapun bentuk-bentuk keintiman orang dewasa adalah :
a. Cinta.
Cinta dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bentuk (santrock, 1995), yaitu :
- Gairah, yaitu cinta yang lebih didasarkan atas daya tarik fisik dan seksual pada pasangan.
- Keintiman, yaitu cinta yang lebih didasarkan pada perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan.
- Komitmen, yaitu cinta yang lebih didasarkan pada penilaian kognitif kita atas hubungan dan niat kita untuk mempertahankan hubungan, bahkan ketika menghadapi masalah sekalipun.
b. Pernikahan dan Keluarga
Hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Pernikahan menuntut perubahan gaya hidup yang lebih besar bagi perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Beberapa penyebab munculnya permasalahan dalam pernikahan, yaitu :
1. Pasangan gagal mempertemukan dan menyesuaikan kebutuhan dan harapan satu sama lain
2. Salah satu pasangan mengalami kesulitan menerima perbedaan nyata dalam kebiasaan kebutuhan, pendapat, kerugian dan nilai
3. Adanya perasaan cemburu dan memiliki yang berlebihan, membuat masing-masing merasa kurang mendapat kebebasan.
4. Pembagian tugas dan wewenang yang tidak adil
5. Kegagalan dalam berkomunikasi
6. Masing-masing pasangan tumbuh dan berkembang kearah yang berbeda dan tidak sejalan, mencari minat dan tujuan masing-masing
II. Pengembangan Generativitas
Generativitas adalah tahap pengembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide dsb) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Jadi pada tahap ini, nilai pemeliharaan berkembang. Pemeliharaan ini terungkap dalam kepedulian seseoarang pada orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi dan membagi pengetahuan serta pengalaman dengan mereka.
III. Pengembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial yang disebutkan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide serta berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.
Seseorang yang berhasil menangani masalah yang timbul pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan mendapatkan perasaan utuh atau integritas. Sebaliknya seseorang yang berusia dewasa melakukan yang melakukan peninjauan kembali terhadap kehidupannya yang silam dengan penuh penyesalan, menilai kehidupannya sebagai suatu rangkaian hilangnya kesempatan dan kegagalan, maka tahun-tahun akhir kehidupannya akan merupakan tahun-tahun yang penuh dengan keputusasaan.
Orang dewasa yang luwes dengan kehidupan batin yang cukup kaya, biasanya membuat 3 jenis penyesuaian diri yang memuaskan, yaitu :
1. Mengadakan reorganisasi, sebagai pengganti kegaiatan lama dengan yang baru
2. Membuat spesialisasi yang terfokus, dimana mereka hanya memilih satu peran dan memusatkan perhatian pada peran tersebut. Contohnya berperan sebagai suami yang baik dan yang saying terhadap keluarga
3. Menarik diri dari keterlibatan social, yang dengan sengaja meninggalkan semua kegiatan social yang sebelumnya aktif diikutinya, tetapi mereka tetap menaruh minat terhadap dunia dan dirinya sendiri.
BAB IV
PENGEMBANGAN DIRI
A. Pengertian Kepribadian
Makin meningkatnya persaingan profesionalisme dalam kancah bisnis modern dan ilmu pengetahuan yang semakin luas, maka diperlukannya kepribadian yang mantap dan rasa percaya diri yang tinggi guna menunjang keberhasilan dalam pekerjaan. Selain itu kemampuan untuk berinteraksi antara individu secara efektif dan berkomunikasi dengan baik juga akan membuat seseorang menonjol diantara yang lain.
Gordon W. Allpont mengatakan kriteria umum untuk menetapkan pribadi yang matang, yaitu :
1. Perluasan Diri (extension of the self)
Seseorang yang sudah matang kepribadiannya tidak lagi terpusat pada dirinya sendiri, melainkan dapat mengarahkan perhatian dan usaha-usahanya untuk kepentingan orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan yang akrab, hangat, membenamkan diri atau berpartisipasi dengan orang lain dengan penuh penerimaan
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self-objectification)
Seseorang yang sudah matang kepribadiannya mempunyai kemampuan untuk memahami dan mengenali diri sendiri sebagaimana adanya (self insight) juga mencakup pemilikan rasa humor (self of humor) artinya kemampuan untuk menertawakan dirinya setelah ia mengenalinya sendiri secara realistis.
3. Memiliki filsafat hidup
Filsafat hidup membantu manusia mempersatukan dan mengarahkan tindakan-tindakannya kesuatu arah tertentu. Dengan filsafat hidup ini akan menentukan apakah sesuatu itu berharga atau tidak dan patut atau tidak untuk diusahakan dalam hidup ini
Carl Rogers mengemukakan 3 (tiga) karakteristik tentang pribadi yang telah berfungsi penuh ( Fully Functioning Person) :
1. Terbuka terhadap pengalaman baru
2. Selalu dalam proses “menjadi” (becoming)
3. Kepercayaan pada diri sendiri
Jadi kematangan kepribadian berdasarkan beberapa pendapat diatas tersebut adalah bila menghadapi masalah senantiasa dengan sikap yang realistik dan berorientasi terhadap pemecahan masalah. Terhadap orang lain bersikap terbuka, menerima sebagaimana adanya, tidak mementingkan diri sendiri, memiliki kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi yang hangat, akrab, dan mendalam. Mengakui hak azasi orang lain sebaga suatu pribadi. Terhadap diri sendiri mampu mengendalikan emosinya, memahami dan mengenali diri secara objektif dan menghormati diri sendiri.
Dalam pembicaraan sehari-hari sering kita jumpai beberapa ucapan-ucapan yang membuat kita menafsirkan bermacam-macam arti dan kepribadian. Menurut seorang ilmuwan bernama G.W. Allpont pengertian kepribadian adalah sebagai berikut :
“ Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik, tingkah laku, serta cara berpikir seseorang”
Sedangkan hakikat kepribadian (Hermann & Thomae, 1968), adalah :
Satu kesatuan sifat yang khas yang menandai pribadi individu tertentu dan
juga mempunyai ciri-ciri yang khas tertentu.
Atau dengan kata lain kepribadian adalah suatu identitas yang bersifat pribadi yang memiliki kestabilan tertentu dalam ukuran dimensi waktu.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Ada 3 (tiga) faktor yang menentukan perkembangan kepribadian :
1. Faktor Bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menentukan diri fisik primer (warna, mata, kulit), selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar, misalnya kepekaan dan penyesuaian diri
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan social/budaya seperti teman dan guru, dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian
3. Interaksi antara Bawaan serta Lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan serta lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan AKU/DIRIKU dalam diri seseorang
C. Pengenalan Diri
Salah satu aspek di dalam kehidupan yang paling sulit dicapai adalah “pengenalan identitas diri”. Salah satu cara untuk mengetahui Identitas Diri dari Kebutahan dan Motivasinya adalah dilandasi oleh teori Abraham Maslow dibawah ini :
Hierarchy Of Human Needs
|
|
|




Urutan hirarki kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan Dasar (Biologis), seperti : sandang, pangan, jasmani dan badaniah
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan kasih saying
4. Kebutuhan akan harga diri
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri
Kebutuhan dan gunanya :
1. Dengan memahami kebutuhan (need) pada diri kita maka dengan sendirinya kita dapat memahami apa dan bagaimana serta siapa diri kita sebenarnya.
2. Hal tersebut sangat membantu anda untuk lebih mudah menyesuaikan diri dan sangat membantu anda dengan mudah memahami orang lain dari berbagai lingkungan social
3. Identitas diri sangat membantu mempertebal keyakinan serta rasa percaya diri anda dalam pengembangan kepribadian
Manusia memiliki tanggung jawab pribadi akan perbuatan yang dilakukannya. Tanggung jawab pribadi yang dilakukan manusia tersebut lebih mengarah kepada tindakan terhadap dirinya sendiri. Ciri-ciri khas orang yang mempunyai rasa tangung jawab pribadi yang tinggi :
a. Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas
b. Selalu berusaha untuk menghasilkan yang terbaik
c. Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkan, baik yang buruk ataupun yang baik
d. Sering menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang salah.
BAB V
SIKAP DAN KEPRIBADIAN
Kehidupan manusia sehari-hari dipengaruhi oleh sikap, baik sikapnya terhadap dirinya maupun sikapnya terhadap orang lain. Hal yang dapat dimanfaatkan pengalaman manusia sehari-hari sebagai dasar untuk menilai sikapnya sendiri. Pada saat menilai dirinya sendiri maka usahakanlah memperbaiki sikapnya sendiri menjadi sikap yang positif secara terus menerus.
A. Pengertian Sikap
Sikap (attitude) adalah :
- Cara individu melihat sesuatu secara mental yang mengarah pada perilaku yang ditunjukkan pada orang lain, ide, objek dan kelompok tertentu
- Cara individu mengkonsumsikan suasana hati kepada orang lain dan juga merupakan cerminan jiwa, cara individu melihat sesuatu secara mental.
Sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :
a. Keyakinan (aspek kognitif)
Komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang diperkirakan orang mengenai suatu obyek sikap. Apa yang dipikirkan dan diyakini tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan yang positif akan menumbuhkan sikap positif, sedangkan aspek negative akan menumbuhkan sikap negative terhadap obyek sikap.
b. Perasaan (aspek afektif)
Perasaan senang atau tidak senang adalah komponen yang penting dalam pembentukan sikap. Menurut para ahli mengatakan, bahwa sikap itu semata-mata refleksi dari perasaan senang atau perasaan tidak senang terhadap obyek sikap.
c. Perilaku (aspek konotatif)
Bila orang menyenangi sesuatu obyek, maka ada kecenderungan orang akan mendekati obyek tersebut dan sebaliknya.
B. Bentuk-Bentuk Sikap
1. Sikap Positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-hal yang positif. Ini adalah suasana jiwa yang lebih mengutmakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada keputusasaan.
Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan focus mental seseorang kea rah negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran. Adapun ceminan sikap positif adalah :
a. Merupakan sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dan dihormati
b. Mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, bahwa patut dikenal dan diketahui.
c. Mengatakannya tidak hanya melalui ekspresi wajah, tetapi juga melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa orang lain, dan cara menghadapi masalah.
2. Sikap Negatif
Sikap negative harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Adapun cerminan sikap negative adalah :
a. Lebih dari sekedar bermuka sedih
b. Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
c. Sesuatu yang menyetakan ketidakramahan, tidak menyenangkan, tidak memiliki kepercayaan diri.
Secara tekhnis dinyatakan bahwa sikap-sikap adalah kebiasaan dan sebagaimana kebiasaan-kebiasaan lainnya, lebih sering kebiasaan tersebut dilakukan , kebiasaan tersebut akan lebih melekat, bertambah sulit untuk tidak melakukan reaksi yang sama pada kesempatan lain. Ada beberapa macam sikap :
1. Sikap agresif ----- selalu berlebih-lebiha, menyerang, mengikuti emosi
2. Sikap Submisif ----- apatis
3. Sikap assertive ----- mampu menyampaikan langsung, jujur, objektif, tidak
terpengaruh emosi
Pentingnya peranan sikap dalam kehidupan individu seringkali dipandan remeh, kebanyakan individu cenderung untuk membiarkan perasaan “tidak bahagia” berlangsung tanpa usaha untuk mencari tahu penyebabnya. Kondisi unutk mencari penyebab akan ketidak bahagiaan individu sifatnya sangatlah konstruktif, karena kondisi ini sangat membantu individu mengurangi perasaan tidak bahagia dan lebih besar kemungkinan untuk mencapai sesuatu yang lebih layak karena individu akan lebih memusatkan penggunaan energinya bagi tindakan-tindakan yang bersifat membangun.
Ada 2 (dua) langkah untuk menghilangkan sikap negatif, yaitu :
a. Belajar mengenalinya. Bersikap jujur terhadap diri sendiri. Tanyalah pada seseorang yang dipercaya dan dihargai
b. Akui bahwa diri sendiri melakukannya bila melihat sikap tersebut ada pada diri sendiri.
Sekali individu telah mengenal sikap-sikap negatifnya sendiri maka akan dapat dengan segera menggantikannya dengan suatu sikap yang positif. Setiap orang, dapat memperoleh keuntungan dari suatu sikap positif, tanpamenghiraukan tingkat usia, latar belakang, pendidikan, ketrampilan atau tujuan. Setiap individu dapat bersikap positif.
Beberapa usaha menuju sikap positif yang dapat dilakukan setiap individu, yaitu :
a. Tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat. Selalu ingatkan diri sendiri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan baru.
b. Jangan biarkan perkecualian terjadi sebelum kebiasaan baru mengakar di kehidupan diri sendiri. Setiap perubahan sama dengan membiarkan suatu bola benang yang baru saja selesai digulung terjatuh, dan kembali harus memulai kembali menggulungnya hingga kembali seperti semula.
c. Berlatihlah pada setiap kesempatan. Lakukan berdasarkan pemecahan diri sendiri. Pada waktu awal, semangat perlu ditingkatkan, secar sadar melihat kemungkinan-kemungkinan untuk melatih ketrampilan diri sendiri sebanyak mungkin.
Setiap individu dapat mengembangkan diri, dan akan terhalang apabila :
1. Merasa tidak ada tantangan
2. Merasa tidak mampu
3. Merasa tidak punya tujuan hidup yang jelas
4. Merasa sudah cukup puas
5. Merasa tidak cukup berharga (seseorang akan memandang dirinya banyak kekuarangan atau ragu dalam bertindak, tampak sebagai pribadi yang malas dan tidak bergairah)
C. Peranan Sikap Positif Dalam Kepribadian
Sikap begitu pentingnya sehingga dapat menjadi lebih penting daripada karakteristik-karakteristik fisik dan mental dalam suatu kepribadian. Sikap yang positif begitu kuatnya sehingga dapat memperkuat cirri-cirikepribadian, sehingga sikap negative dapat meniadakan karakteristik-karakteristik yang seyogyanya menarik.
Kepribadian bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir sehingga tidak dapat diubah, namun sebenarnya dasar utama pengembangan kepribadian adalah :
a. Kesadaran
b. Kemauan untuk berkembang
c. Motivasi
d. Belajar dari pengalaman
Sebagai panduan dalam mengembangkan kepribadian, individu lakukan :
1. Pengenalan diri melalui introspeksi.
Dalam melakukan introspeksi diri yang setiap individu lakukan adalah mengenal diri sendiri secara keseluruhan, sehingga individu dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Individu sering mempunyai penilaian yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Individu menyangka dirinya telah sempurna, ternyata banyak sekali kekurangannya atau sebaliknya, individu merasa dirinya selalu kurang atau bahkan kurang sekali, namun ternyata dirinya tidaklah sejelek yang mereka kira. Namun untuk melakukan suatu intropeksi benar-benar diperlukan suatu kejujuran pada diri sendiri.
Dengan pengenalan diri yang tepat setiap individu bisa memperoleh “Konsep Diri “ yang lebih tepat. Pengembangan diri yang dilakukan hendaknya sejalan pula dengan penyesuaian terhadap lingkungan social. Hal ini bias membangkitkan rasa puas, karena selain individu mampu mengembangkan diri, lingkungan pun bisa menerima individu dengan baik. Dalam hal ini berkomunikasi dengan tepat harus pula diperhatikan. Keserasian antara perkembangan diri dan penyesuian diri akan menimbulkan perasaan puas. Kepuasan yang dirasakan individu secara bertahap akan bisa memupuk rasa percaya diri yang nantinya akan berkembang menjadi pribadi yang matang.
2. Penerimaan Umpan Balik (Feed Back)
Umpan balik merupakan suatu proses dimana seseorang memberitahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya tentang tingkah laku seseorang. Tujuan umpan balik adalah membantu perkembangan pribadi seseorang demi kebaikannya, dan hal ini merupakan unsur terpenting didalam mendidik.
Beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan sikap :
a. Memiliki motif yang kuat
b. Sebelum bertindak, selalu dipikirkan positif negatifnya
c. Antusias – positive thinking
d. Belajar menyakini diri sendiri
e. Kurangi rasa khawatir, menyesal diri, meragukan diri, iri hati, tidak berdaya yang berlebihan.
f. Tingkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan sendiri
g. Jangan biarkan perkecualian terjadi sebelum kebiasaan baru berakar pada kehidupan
h. Berlatihlah pada setiap kesempatan.
Pemberian umpan balik akan menjadi efektif apabila :
- Individu mampu membawakan dengan baik
- Menunjukkan sikap penerimaan
- Adanya sikap keterbukaan antara kedua belah pihak
- Saling percaya dan saling memperhatikan kebutuhan orang lain
Dengan mengetahui diri secara tepat ini, individu dapat membuat suatu konsep diri yang tepat pula. Meningkatkan segi positif dan mengatasi yang negative sesuai dengan peran yang dijalankan dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Membuat konsep untuk diri sangat penting, karena dengan adanya konsep ini, individu tidak akan mudah kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh dan apabila terpaksa terjadi suatu perubahan tidak akan mebuat individu menjadi “shock”.
3. Perubahan Sikap
Upaya pengembangan diri memang tidak selalu mulus kendatipun individupun individu memiliki motivasi yang kuat. Ada beberapa hambatan terhadap pengembangan (potensi) diri ini dapat berasal dari lingkungan dan diri pribadi, yaitu :
a. Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan
- Sistem yang dianut
Seringkali sistem yang berlaku dalam lingkungan tanpa disadari kadangkala menghambat diri sendiri, misalnya system kepangkatan atau senioritas.
- Tanggapan, sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan
Kadangkala tradisi atau kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari perkembangan diri seseorang, misalnya peran istri dalam rumah tangga yang terbiasa mengurus rumah tangga sulit mengembangkan diri dalam profesi lainnya yang ia minati
b. Faktor penghambat yang berasal dari diri individu sendiri
- Tidak adanya tujuan hidup yang jelas
- Individu kurang termotivasi, mungkin karena individu memiliki penilaian negatif tentang dirinya sehingga merasa kurang mampu mencapai tujuan yang agak sulit untuk memobilisasi kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Ada keengganan untuk menelaah diri sendiri
4. Konsep Diri
Konsep diri adalah cara bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan situasi sekelilingnya yang bersumber dari pandangan dan perasaan setiap individu yang bersifat psikologi.
Ada beberapa indikator konsep diri negatif, yaitu :
a. Menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain
b. Sulit mengakui kesalahan
c. Kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar
d. Sulit menerima kritik dari orang lain
e. Cenderung merasa tidak diperhatikan dan tidak disenangi oleh orang lain, karena itulah cenderung bereaksi terhadap orang lain sebagai musuh
f. Bersikap pesimis terhadap bentuk persaingan dengan orang lain dalam hal pencapaian prestasi.
Sedangkan indikator konsep diri positif, yaitu :
a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
b. Bersikap terbuka
c. Tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing
d. Cepat tanggap terhadap situasi sekelilingnya
e. Merasa setara dengan orang lain
f. Sadar bahwa setiap individu mempunyai berbagai perasaan, keinginan, perilaku yang sekurangnya disetujui oleh lingkungan sosial
g. Mampu memperbaiki diri karena kesanggupan mengungkapkan aspek kepribadian yang negative dan berusaha mengubahnya
h. Interaktif dengan lingkungan sosialnya dengan bijak
5. Upaya Pengembangan Diri
a. Tetapkan satu sikap negative yang ingin diperbaiki menjadi sikap positif
b. Bagaimana kedudukan sikap tersebut kurang lebih 5 tahun yang lalu
c. Identifikasi penyebab bisa/tidaknya merubah sikap negatif tersebut pada saat ini
d. Tentukan langkah-langkah yang harus dicapai dalam rangka perubahan sikap menjadi positif
BAB VI
KOMUNIKASI DAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DECLOSURE)
A. Pengertian Komunikasi
Sangat terlihat dengan jelas bahwa sesungguhnya sebagian besar aktifitas manusia sehari-hari melibatkan Komunikasi. Sehingga ada yang mengupamakan bahwa komunikasi identik dengan bernafas, manusia tidak pernah berpikir cara melakukannya. Manusia begitu terbiasa dengan tingkah laku komunikasi yang dilakukannya, sehingga proses tersebut terasa alamiah bahkan mudah dan sederhana. Tidaklah dapat dibayangkan sebuah komunitas manusia betapapun kecilnya dapat bertahan apalagi berkembang tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan proses sosial yang fundamental dalam masyarakat. Melalui proses komunikasi ini maka proses personal berlanjut untuk saling berbagi rasa dan arti.
Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan manusia. Bila komunikasi berjalan efektif, maka arus informasi dalam dinamika kehidupan manusia pun akan berjalan lancer sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Sebaliknya, bila komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan.
Sebagai pelaku komunikasi selayaknyalah individu memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi, peranan, fungsi dan macamnya. Dengan memahami semuanya ini kita akan lebih menyadari betapa pentingnya efektivitas komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain.
Ada 3 (tiga) unsur utama dari definisi komunikasi yang beraneka ragam itu, yaitu :
1. Komunikasi harus dipandang sebagai suatu proses
Ini mengandung arti bahwa komunikasi merupakan suatu aliran yang melalui serangkaian tahapan/langkah dan bukan suatu peristiwa yang tersendiri.
2. Pengiriman informasi, arti dan pengertian
Informasi tidak dikirimkan begitu saja, tetapi harus diterima dan dimengerti. Apabila informasi dikirimkan dan diterima tetapi tidak dimengerti, maka komunikasi dalam arti yang sebenarnya tidaklah tercapai, dan terjadi hal yang disebut Miscommunication.
3. Mencakup aspek manusia dan bukan manusia
4. Adanya interaksi manusia yang berperan sebagai pihak pengirim dan penerima informasi.
Perkembangan teknologi dewasa ini memungkinkan manusia menjadi pengirim yang baik sekaligus sebagai penerima informasi yang cepat dan baik. Teknologi juga membantu manusia untuk dimungkinkan secara bersamaan menjadi suatu jaringan kerja komunikasi.
Dari penjelasan 3 (tiga) unsur utama komunikasi tersebut diatas dapatlah disimpulkan beberapa pengertian komunikasi, yaitu :
Komunikasi adalah upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. (Kamus Contemporary English, 2002).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komuniaktor kepada komunikan dengan menggunakan media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolik (Andi Marpaung, 2001)
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben. JG, 2003)
Komunikasi adalah proses penyampaian ”pesan” dari suatu ”sumber” kepada suatu ”penerima” melalui suatu ”saluran” untuk mencapi suatu ”hasil/tujuan” (Harold D. Laswell, 2002).
Komunikasi adalah proses sosial dari relevansi yang terluas didalam kehidupan sesuatu grup, organisasi atau masyarakat (Danial Kats dan Robert L. Khan).
Komunikasi adalah proses pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan kepada orang lain (Hardjana, 2003)
Komunikasi adalah suatu kata yang mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, membujuk, mengajar dan negoisasi dalam dimensi waktu yang tak terbatas (Wawan Hermawan KN, 2009)
B. Elemen Proses Komunikasi
1. Sumber (source) ; adalah pihak yang mencetuskan dan menyampaikan pesan, dapat merupakan perorangan maupun sekelompok orang.
2. Pesan (message) ; berupa rangsang verbal atau non verbal, biasanya dihubungkan sesuatu makna yg telah dipahami, spt kata-kata, gerakan tubuh, tanda-tanda tertentu dan lain-lain.
3. Sarana (channel) ; sarana yang dipakai untuk menyampaikan pesan, seperti bahasa atau gerakan-gerakan anggota badan.
4. Penerima (receiver) ; biasanya pesan itu dikirimkan oleh seseorang sebagai sumber kepada seorang penerima pesan. Penerima pesan ini biasa pula disebutkan sebagai tujuan akhir dari pesan
5. Umpan Balik (feedback) ; merupakan pesan yang berupa respon atau komentar mengenai pesan yang diterima (atau yang telah dikirimkan)
6. Gangguan (noise) ; segala sesuatu yang menghambat atau mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi (bisa bersifat external/environmental atau internal/interpersonal).
7. Context ; merupakan kondisi (dimensi) fisik, social ataupun psikologikal yang
berpengaruh terhadap jalannya proses komunikasi.

Gambar siklus Komponen/Elemen Proses Komunikasi
C. Tipe-Tipe Komunikasi
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang dilakukan terhadap diri sendiri yang seringkali dilakuakan individu pada saat sedang memikirkan sesuatu atau sedang mengalami sesuatu.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih ataupun dalan sebuah kelompok kecil, baik bersifat formal maupun nonformal
3. Komunikasi Enviromental (lingkungan)
Komunikasi yang terjadi karena pengamatan yang dilakukan terhadap obyek-obyek yang ada disekeliling atau elemen-elemen lingkungan tempat individu berada, baik berbentuk lingkungan tempat diri berada, baik berupa tanda-tanda (sign) atau juga keadaan tertentu.
4. Komunikasi Publik (Khalayak)
Komunikasi antara seseorang (pembicara) kepada sekelompok khalayak pada suatu waktu dan tempat. Biasanya kominkasi jenis ini dilakukan dengan menggunakan media.
D. Proses Komunikasi
Proses Komunikasi sebaiknya dipandang dalam rangka kerangka model yang menunjukkan suatu rangkaian tahapan atau langkah-langkah. Dalam setiap komunikasi terhadap tahapan suatu gagasan atau pengertian dikirimkan atau sumbernya yang disebut juga Komunikator atau pengiriman pesan, sampai gagasan atau pengertian dijalankan oleh yang menjadi sasaran komunikasi atau disebut juga komunikan atau penerima.
Komunkasi dilakukan secara efektif dengan berpegangan pada beberapa hal pokok (Harold Laswell, 2002), yaitu :
1. Tahap Ideasi
Tahap pertama dalam suatu proses komunikasi adalah ideasi (ideation) yaitu proses penciptaan atau informasi yang dilakukan komunikator.
2. Tahap Ecoding
Dalam tahapan ini, gagasan atau informasi disusun dalam serangkaian bentuk symbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk : kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar(poster atau grafik), dan tindakan.
3. Tahap Pengiriman
Tahap ini adalah tahap pengiriman (transmitting) gagasan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia. Pengiriman pesan ini dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar dan bertindak. Saluran yang dilalui pesan-pesan yang disebut media komunikasi. Saluran dan media komunikasi dapat berbentuk : lisan (telepon, tatap muka langsung), tertulis (papan pengumuman, poster, buku pedoman), mengalir kebawah (memo dan instruksi tertulis), kesamping (panitia dan pertemuan), informal (ngobrol), formal (konferensi, seminar dan diklat).
4. Tahap Penerimaan
Setelah dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, mengamati, tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Apabila informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tertentu.
5. Tahap Decoding
Tahap ini bentuknya merupakan pesan-pesan yang diterima, dinterpretasikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung ataupun tidak langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran manusia, system memori mekanis, insting dan proses berpikir lainnyaberfungsi sebagai mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan ataupun ide yang di-ecoding oleh komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, dan leboh-lebih adanya perbedaan persepsi antar komunikator dan komunikan dalam pengertian kata ataupun semantic.
6. Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon pesan-pesan yang diterimanya, adalah merupakan tahap akhir dalam suatu proses komunikasi. Respon yang timbul dapat berupa usaha untuk melengkapi informasi, meminta informasi tambahan ataupun melakukan tidakan-tindakan lain. Apabila setiap pesan yang dikrimkan komunikator menghasilkan tindakan-tindakan seperti yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.
![]() | ![]() |

Gambar Siklus Proses Komunikasi
E. Faktor-Faktor Penentu Komunikasi
Secara umum ada 3 (tiga) factor penentu dalam suatu proses komunikasi, yaitu :
1. Manusia.
Unsur manusia dengan pengaruh kompleksitas latar belakang sosial budaya. Komunikasi yang akan terjadi jika over lapping antara pihak yang berkomunikasi tidak terbentuk atau sangat kecil. Keberhasilan komunikasi juga dipengaruhi oleh kesamaan sistem sinyal yang digunakan partisipan.
2. Kebutuhan, minat, relevansi berita ataupun pesan bagi komunikan.
Semakin tinggi kebutuhan, minat, relevansi informasi/pesan untuk komunikan semakin dapat berlangsung suatu komunikasi.
3. Ketepatan atau kesesuaian penggunaan media, alat, saluran, dan metode penyampaian informasi/pesan/berita dari komunikator.
Ada empat dimensi yang dapat diuraikan sehubungan dengan pemilikan sarana ataupu metode penyampaian pesan, yaitu :
a. Dimensi Fisik ; adalah tempat komunikasi berlangsung
b. Dimensi Sosial ; mencakup hubungan status social ekonomi, kultur partisipan.
c. Dimensi Waktu ; berkomunikasi pada saat yang tepat akan memudahkan proses yang berlangsung
d. Dimensi Psikologis ; terjadi karena sikap dan sifat para pelaku komunikasi
F. Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi
Faktor yang menjadi penghambat dalam komunikasi, dapat dibedakan menjadi :
1. Hambatan yang bersifat teknis
Seperti kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi maupun metode ataupun cara berkomunikasi yang baik belum diketahui. Hambatan yang bersifat teknis ini meliputi juga factor pekerjaan.
2. Hambatan perilaku
Apabila ada rasa tidak mempercayai atau kecurigaan, maka hamper dapat dipastikan bahwa komunikasi akan mengalami distorsi atau bahakan ditolak sama sekali. Sebaliknya, apabila ada saling percaya dan saling menghargai, komunikasi yang “acak-acakan” pun entah bagaimana bisa diterima dengan baik. Jadi, apabila isi dari komunikasi itu bertentangan dengan kebiasaan, tradisi, nilai-nilai yang dianut sipenerima, bersiaplah bahwa komunikasi akan mengalami hambatan. Oleh karena itu, perlu kiranya memodifikasi isi pesan sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyinggung dengan kepentingan-kepentingan pribadi yang mendasar.
3. Hambatan bahasa
Agar dipergunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti ataupun gerak-gerik yang dapat memperjelas ucapan. Penggunaan istilah yang berbeda-beda yang dipahami oleh masing-masing kelompok akan menjadi hambatan besar apabila istilah-istilah ini tidak merupakan penjelasan satu kesatuan yang dipahami oleh masing-masing pihak.
4. Hambatan struktur (organisasi)
Karena dibedakan tingkatan dalam organisasi, terkadang seorang bawahan takut, malu apabila harus berhubungan dengan atasannya apalagi pimpinannya seorang yang berwibawa dan disegani. Karena hal inilah maka komunikasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Hambatan latar belakang sosial budaya
Ini disebabkan oleh perbedaan suku, adat dan tradisi. Disamping itu latar belakang pendidikan, kebiasaan berteman atau keberadaan lingkungan juga menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi.
6. Hambatan karena proses komunikasi
Umumnya terjadi karena faktor “saringan”. Hal ini dikarenakan adanya perantara sebagai penyaring dari pesan atau berita yang disampaikan sehingga terjadi distorsi pesan atau berita kepada individu yang dituju.
Sebagai perimbangan atas faktor-faktor penghambat, ada pula factor-fakor yang menunjang keberhasilan komunikasi, yaitu :
1. Keterpercayaan
2. Adanya hubungan (pertalian)
3. Kepuasaan
4. Kejelasan (isi berita dan tujuan berita jelas)
5. Kesinambungan dan konsistensi (terus menerus dan berkaitan)
6. Kemampuan pihak pendengar (penggunaan istilah yang mudah dicerna)
7. Saluran pengiriman berita (majalah, bulletin, papan pengumuman, telepon)
Tabel Kulitas Komunikator Yang Efektif
Menilai orang | Tahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain |
Mendengarkan secara aktif | Berusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain |
Bijaksana | Memberikan kritik secara halus konstruktif dan hormat |
Memberikan pujian | Menghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan umum |
Konsisten | Mengendalikan suasanariang; meperlakukan sama bagi |
Mengakui Kesalahan | Kemauan untuk mengakui kesalahan |
Memiliki rasa humor | Mempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak |
Memberi contoh yang baik | Memberi contoh yang baik |
Bahasa,jelas,lugas dan tepat | Kata-kata yang lazim,konkret,pemberian petunjuk,yang menyentuh perasaan penyimak.Hindari kata-kata bercita rasa buruk |
Tabel Matrik Tujuan dan Kesulitan Dalam Proses Komunikasi
TUJUAN | KESULITAN |
MENDENGAR | - Orang sulit memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis maupun terucap untuk waktu yang lama - Orang kurang memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting |
MEMAHAMI | - Orang memiliki asumsi masa lalunya - Orang sering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara - Orang lebih mudah salah mengertisering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pem saat mereka mendengar tanpa melihat - Orang sering lebih mudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai bicara |
MENYETUJUI | - Orang sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang membujuk mereka - Orang tidak suka jika dibuktikan bersalah |
BERTINDAK | - Tidak mudak bagi banyak orang untuk mengubah kebiaan mereka - Orang merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru dan Banyak orang tidak suka mengambil keputusan |
UMPAN BALIK | - Penampilan dapat bersifat memperdayakan anggukan kepala,mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti,karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan |
0 komentar:
Posting Komentar